Thursday 29 July 2010

Lanjutan cerita sebelumnya, klo belum membaca silahkan kesini.

"Sepertinya elu ada perasaan ya? sama si itu" Canda Toni
"si itu? siapa maksud mu?" jawab Roron
"itu  si Ririn, yang rumahnya deket rumahmu di rt 10", "oh yang itu, memang sih, tapi gimana yah gua malu ma dia"
"menurut gua sih, elu kan udah PDKT! jadi langsung aja tembak,"I Love You""
"kayaknya sih gampang, tapi gimana gitu"

Lalu perbincangan mereka berhenti saat Ririn datang menghampiri Roron. Ririn dengan lembut menyapa Roron lalu Roron pun membalas, dalam hati Roron berkata bahwa inilah saat yang tepat, namun mulutnya tak mampu ia gerakkan.
Saat waktu istirahat tiba Roron melihat Ririn duduk sendirian di kantin, lalu terjadilah hal-hal yang seperti kilat dan gemuruhnya.

"Hai Rin, bisa kita bicara sebentar?"
"ya, silahkan duduk. Ada apa Ron?"
"Rin..." Hati Roron berdegup dengan kencangnya.. aliran darahnya mengalir dengan cepatnya..
"Hah.. kamu bicara apa sih?" tanya Ririn heran dengan tingkah Roron yang beda dengan biasanya.
"Rin... sebenarnya, sebener-benernya apa yang akan gua ucapkan"
"Apaan sih, kok kayaknya serius amat"
"Begini Rin, I Love You, mau kah kau menerima ku sebagai pacarmu?"
"Hah..Apa..?" Ririn kaget mendengar ucapannya.

Kemudian tiba-tiba saja ia berlari meninggalkan Roron di kantin tanpa kata-kata apapun. Dan dalam hati Roron terbesik sebuah pertanyaan besar apa yang sebenarnya telah dilakukannya? Disaat sedang merenung lalu bel masuk berbunyi. Dengan banyak beban ia melangkahkan kakinya ke kelas. Lalu saat ia melewati kelas Ririn, mencoba menatapnya namun terhalang oleh teman-teman yang mengerumuninya.
Pelajaran demi pelajaran hanya sebuah selingan tanpa ada makna yang mampu diterima oleh Roron. Ia benar-benar tidak konsentrasi dengan belajarnya.

Saat mentari sudah semakin tinggi, awan-awan berarak pergi. Panasnya pun sangat terasa. Lalu saat belajar usai, disaat ia sampai di gerbang sekolah ia kaget saat tangannya tiba-tiba digenggam dengan erat oleh seseorang lalu terbesik...
"Iya, gua mau jadi pacarlu" dengan suara lirih
"Ririn...! Benarkah? Aku pikir tadi" Gembira sekali Roron mendengarnya.
"Tapi, elu musti setia lho" dengan senyuman ia menatap wajah Roron.

Lalu mereka berdua pulang kerumah bersama, dan terpisaholeh sebuah gang kecil, gang kancil.
Kisah terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu, walaupun ada masalah tapi dapat mereka selesaikan dengan kepala dingin mereka.
Waktu berjalan dengan cepat, serasa baru saja memulai sebuah hidup baru. Setelah Roron cukup lama berduaan dengan Ririn, ia juga punya kenalan baru. Seorang yang tidak dapat disangka akan merubah sedikit pola hidup seorang Roron. Ia yang semula jarang shalat, tidak bisa mengaji, tidak mengetahui bagaimana luasnya Islam dan Al-Quran. Sekarang berputar 180 derajat. Ia menjadi seorang anak SMA yang lebih alim, cerdas dan tidak berpikiran sempit tentang arti sebuah hidup. Ari seorang teman yang tertutup bisingnya kota.

No comments: