Saturday 21 June 2008

Bagaimana mensikapi kehidupan...


Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Qs. Al-Baqoroh 2:216)
Di jaman modern ini banyak orang yang mengalami kekecewaan dalam hidup. Kekecewaan ini menyebabkan depresi yang berlanjut dengan penyakit jiwa, bahkan bisa jadi bunuh diri. Tentu saja hal itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah. Adapun sikap orang yang beriman adalah menyerahkan persoalan kembali kepada Allah atau bertawakal kepada Allah. Dia faham betul bahwa apa yang terjadi disekitar kita tidak akan mungkin terjadi tanpa ijin Allah. Sedang dia juga menyadari bahwa dia tidak mengerti dengan benar hakekat setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Hanya Allah saja yang mengerti hakekat setiap peristiwa yang terjadi di alam semesta ini. Maka wajar kalau Allah berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al-Baqoroh 2:216)

Kefahaman terhadap ayat ini akan menentukan stabilitas jiwa seseorang. Dirinya akan menjadi lebih arif dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi. Dia tidak memandang apa yang dia bisa lihat, tetapi juga peristiwa yang mungkin terjadi dibalik peristiwa tersebut. Dia tidak akan mengamati apa yang terjadi secara lahiriyah, tetapi juga apa yang mungkin terjadi secara batiniah juga. Kalau yang terjadi secara lahiriyah sesuai dengan kehendaknya, maka ia akan bersyukur. Kalau yang terjadi secara lahiriyah tidak sesuai dengan kehendaknya maka dia akan bersabar dan melakukan introspeksi, koreksi dan menjadikan kegagalan tersebut sebagai batu loncatan menuju kesuksesan berikutnya. Dia faham benar, bahwa Allah tidak akan bersikap buruk terhadap hamba-Nya. Allah Yang Maha Agung tidak memerlukan apapun dari hamba-Nya, termasuk sikap buruk. Maka setiap saat dia akan khusnudzdzon billah, setiap saat berprasangka baik kepada Allah. Sikap inilah yang akan membawanya untuk selalu berpikiran positif(positive thingking).

Tidak ada alasan bagi Allah untuk bersikap buruk kepada kita. Sudah pasti apa yang diberikan Allah kepada kita adalah yang terbaik sesuai dengan keadaan kita pada saat itu. Kalau musibah yang kita terima tidak sesuai dengan kehendak kita, maka hal itu terjadi karena kesalahan kita sendiri. Allah mengungkapkan didalam Qs. An-Nisaa4:79 bahwa apa saja musibah baik yang menimpa kita itu berasal dari Allah dan apa saja musibah jelek yang menimpa diri kita maka semua itu berasal dari kita sendiri. Kalau kita benar dalam menyikapi ayat ini maka kita akan senantiasa berusaha untuk menelusuri apa yang menjadi sebab terjadinya kesalahan. Tidak akan mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi mencari kesalahan yang dia lakukan sendiri. Hasilnya akan dipergunakan untuk memperbaiki langkah-langkahnya yang akan datang. Tidak seperti orang kebanyakan yang selalu mencari kambing hitam pada pihak lain. Atau senantiasa banyak berkeluh kesah dalam kebingungan dan salah-salah akan bersikap su'udzdzon billah. Sikap yang kedua ini tidak akan mendatangkan kebaikan, dan justru akan menjauhkan kita dari rasa bersyukur kepada Allah.

Sebagai seorang hamba, tidak layak bagi kita untuk tidak bersyukur kepada Allah. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah milik-Nya, termasuk diri dan harta kita. Ketika kita memanfaatkan diri kita untuk berkarya, mencari harta untuk memenuhi kebutuhan keluarga, perbuatan kita dicatat sebagai sabilillah. Ketika kita memanfaatkan harta yang ada pada kita untuk kepentingan keluarga kita dinilai sedekah. Betapa murahnya Allah kepada kita hamba-Nya yang beriman. Akankah kemurahan tersebut kita balas dengan sikap kemunafikan dengan mengaku beriman, tetapi selalu saja bersikap kufur terhadap nikmat yang Allah berikan?

Ketika kita menafkahkan harta kita dijalan Allah, Allah menilainya sebagai pinjaman dan akan mengembalikannya dengan berlipat ganda (Qs. Al-Baqoroh 2:245). Ketika kita memanfaatkan waktu, akal, tenaga, dan diri kita dijalan Allah, Allah menilainya sebagai menolong agama-Nya dan Allah berjanji akan menolong kita (Qs. Muhammad 47:7). Padahal sekali lagi diri dan harta kita semuanya adalah milik Allah!!! Subhanallah, benar-benar tidak layak bagi kita untuk su'udzdzon kepada Allah. Sementara dengan khusnudzdzon kepada Allah hati kita menjadi lapang menerima keputusan-Nya, cermat menentukan langkah selanjutnya. Semoga kita semua dipilih Allah menjadi hamba-Nya yang pandai bersyukur.

Original source by: Buletin dakwah “Uswah Hasanah” posted: 20/06/08 oleh Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina.

Telah mengalami beberapa perubahan, namun tidak mengubah makna dan maksud dari tulisan yang original.

1 comment:

saungbunda said...

Subhanallah..

semoga kita selalu bersyukur kepadaNya :)